Kontribusi Media Massa dalam Menghadapi Pandemi

1 comment

(Signifikasi 'Pusat Informasi Corona' Kumparan.com)

 


Tanpa bermaksud mengesampingkan peran pemerintah, petugas kesehatan, dan negara dalam memerangi pandemi corona, tulisan ini coba membahas hal yang paling substansial yang menjadi akar dari ketidakjelasan penanganan kasus pandemi yakni transparansi, desentralisasi, dan aksesibilitas informasi.

Informasi disebut substansial karena pelbagai bentuk kebijakan publik tidak akan pernah dapat dijalankan secara komprehensif jika tidak disertai dengan adanya informasi yang akurat, transparan, dan kredibel. 

Khusus untuk kasus corona misalnya, pemerintah pusat dituduh telah menutup-nutupi informasi terkait penyebaran kasus. Bahkan juru bicara penanganan wabah virus Corona Achmad Yurianto pun dianggap tidak transparan menjabarkan lokasi keberadaan pasien yang terinfeksi serta riwayat perjalanan mereka.

Selain itu, terdapat kesimpangsiuran dan ketidakjelasan komunikasi antara pemerintah pusat dan pemerintah provinsi dan masing-masing pihak mempertanyakan keabsahan data pihak lain. 

Fenomena ini semakin diperparah dengan adanya pemberitaan yang mengandung hoaks dan ujaran kebencian yang menyebabkan kepanikan massal hingga diksriminasi berlebihan terhadap pasien corona.

Tepat dalam konteks tersebut, apa yang mesti dilakukan oleh media massa di Indonesia? Apa dan bagaimana peran media massa dalam menghadapi kasus pandemi tersebut? 

Menjawabi pertanyaan di atas, tulisan ini coba menjelaskan sekaligus mengapresiasi kontribusi platform “Pusat Informasi Corona” yang diluncurkan oleh media Kumparan.com belum lama ini.


Masyarakat yang Panik

Dewasa ini, terhadap segala segala sesuatu, masyarakat kita mudah diserang rasa panik. Kepanikan massal itu semakin diperparah dengan tidak adanya transparansi, desentralisasi, dan aksesibilitas informasi yang kredibel.

Dalam konteks pandemi corona di Indonesia, kepanikan massal bermula setelah presiden Joko Widodo menyebut bahwa terdapat dua orang yang terjangkit virus corona yakni seorang ibu dan anak asal Depok, Jawa Barat. 

Tidak lama berselang, masyarakat langsung menyerbu pusat perbelanjaan, memborong dan menimbun sembako. Bahkan, masker dan gel pencuci tangan pun otomatis menjadi barang merah. Kalaupun ada, harganya melambung.

Direktur eksekutif Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet) Damar Jurianto menyebut bahwa salah satu penyebab munculnya kepanikan tersebut yakni tidak adanya kanal informasi resmi dan utama yang menjadi rujukan bersama. 

Argumentasi serupa juga disampaikan oleh anggota komisi III DPR dari Fraksi PDIP, Selly Andriany Gantina yang secara lugas mengatakan bahwa komunikasi yang dibangun pemerintah justru menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat (Kumparan.com, 29 Maret 2020).

Kepanikan yang sama juga akhirnya mendorong masyarakat melakukan diskriminasi terhadap penderita corona. Diberitakan oleh Kumparan.com, 10 April 2020), terjadi penolakan warga terhadap jenazah covid-19 di beberapa daerah, termasuk jenazah perawat RSUP dr Koriadi Semarang.

Faktor utama mengapa kepanikan massal dapat menciptakan tindakan diskriminatif yakni buruknya komunikasi pemerintah di satu sisi dan menjamurnya hoaks di tengah masyarakat. Masyarakat Indonesia dicekoki informasi dari banyak corong mulai dari yang kredibel sampai yang tidak. 

Mengenai hal ini, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan, “Menkes konfiden, yang dihadapi itu corona, bukan sesuatu yang menakutkan. Justru yang menakutkan itu beritanya.” (Kumparan.com, 19 Maret 2020).

Itu berarti, pemerintah perlu memiliki pusat infomasi yang berisi cara kerja virus, upaya-upaya untuk memotong rantai penularan, dan perkembangan kondisi suspect di Indonesia. 

Tanpa adanya sistem seperti ini, kepanikan massal akan semakin menjadi-jadi, dan bukan mustahil menciptakan chaos.

Kontibusi media menghadapi pandemi

Mengenal “Pusat Informasi Corona” Kumparan.com


Mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh pemerintah di atas, saya mengapresiasi apa yang sudah dibuat oleh Kumparan.com dengan meluncurkan “Pusat Informasi Corona”. Hal seperti ini mestinya ditiru oleh platform media massa lain dalam rangka mengedukasi sekaligus meminimalisir kepanikan yang sedang terjadi di tengah masyarakat. 

Selain, tentu saja, “Pusat Informasi Corona” hendaknya menjadi alternatif pembanding bagi pemerintah dalam menerapkan kebijakan preventif dan kuratif dalam menghadapi pandemi ini.

Terdapat beberapa manfaat penting dengan adanya “PusatInformasi Corona” yang dibuat oleh Kumparan.com antara lain:

Pertama, menangkal misinformasi. Mengingat rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia, peran media massa bersifat urgen. Rendahnya literasi digital misalnya, menyebabkan pemberitaan yang mengandung hoaks menjamur begitu cepat. Mengenai hal ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemekominfo) menemukan sedikitnya 1.125 hoaks selama terjadinya kasus pandemi corona (Kumparan.com, 8 April 2020).

Sebelumnya, di media yang sama (21 Maret 2020), diberitakan bahwa Polri menetapkan 41 tersangka karena menyebarkan hoaks corona. Sementara itu, hoaks terbaru, sebagaimana diberitakan oleh media ini, yakni kabar tentang 67 karyawan swalayan di Sleman positif corona (5 Mei 2020).

Mengamati fenomena misinformasi seperti di atas, kehadiran platform “Pusat Informasi Corona” bersifat urgen dan mendesak. Mengatasi ketidakjelasan informasi yang beredar di tengah masyarakat misalnya, “Pusat Informasi Corona” memberikan informasi bukan hanya dalam bentuk berita straight news, melainkan juga data kasus corona setiap provinsi di Indonesia dengan bereferensi pada Gugus Tugas Percapatan Penanganan Covid-19 dan informasi lain yang mencerdaskan publik.


Kedua, penyambung lidah antara pemerintah atau pun tenaga kesehatan dan masyarakat. Peran strategis ini dilakukan oleh Kumparan.com melalui “Pusat Informasi Corona” dengan cara mengkategorikan informasi pemberitaan berdasarkan topik tertentu antara lain:

    1. Memahami Virus Corona” yang memuat berita tentang bagaimana cara kerja virus, bagaimana gejalanya, apakah masker dapat menjadi penangkal virus, apakah sudah ada vaksin untuk virus tersebut, dapatkah penderita virus tersebut sembuh dengan sendirinya, dan lain-lain.
    2. Pencegahan Diri dan Keluarga dari Corona” yang memuat berita tentang tips atau kiat-kiat praktis dalam mencegah dan mengobati virus korona seperti bagaimana caranya penderita diabetes terhindar dari corona, apa yang harus dilakukan jika perokok rentan terhadap corona, cara ibu hamil melindungi diri dari corona, panduan ke rumah sakit di masa pandemic corona, dan lain-lain.
    3.  Prosedur Tes danPengobatan Corona” yang memuat berita tentang kapan perlu tes corona dan harus ke mana, apakah klorokuin merupakan obat corona, bagaimana tahapan tes corona, bagaimana cara karantina mandiri, dan lain-lain.
    4.  Rumah Sakit Rujukan” berisi tentang daftar rumah sakit rujukan di 34 provinsi beserta alamat dan nomor teleponnya.
    5.  Pengumuman Pemerintah” yang berisi tentang berbagai kebijakan yang diterbitkan oleh pemerintah dalam menghadapi wabah corona seperti kartu prakerja untuk pekerja terdampak korona, isi peraturan gubernur Jawa Barat terkait PSBB, aturan transportasi pribadi selama PSBB, dan lain-lain.
    6. Hotline Corona” yang berisi nomor kontak pengirim banruna dan pendaftaran relawan setiap provinsi di Indonesia.
    7. Donasi Lawan Korona” yang berisi informasi tentang pentingnya berdonasi untuk membantu sesama dalam menghadapi corona. Berkolaborasi dengan #IndonesiaLawanCOVID-19, Kumparan.com membuka donasi yang mekanismenya dapat dilihat di media tersebut atau klik di sini.

Ketiga, pengkategorian informasi berdasarkan topik di atas tentu sangat berkontribusi dalam membentuk arah perbincangan publik. Di situ, Kumparan.com telah berperan mengarahkan opini publik terhadap hal-hal apa saja yang sepatutnya menjadi perhatian bersama di satu sisi dan menghindari publik dari perbincangan yang bersifat memecah belah di lain sisi.

Gagasan kreatif seperti ini mestinya dilakukan oleh pemerintah. Sayangnya, tidak dibuat. Meskipun demikian, tanpa terlalu lama berkutat pada pihak mana yang salah dan benar, cara yang dibuat oleh Kumparan.com ini mestinya menjadi sarana penekan agar pemerintah melakukan upaya-upaya deteksi, pemantauan dan manajemen penaganan kasus secara keseluruhan.

Dalam rangka menjadi mewujudkan hal terakhir di atas, sekadar saran lanjutan, Kumparan.com mungkin perlu meluncurkan satu topik lanjutan yang berisi pengaduan publik atau informasi keresahan lain yang ada di tengah masyarakat kepada pemerintah berkaitan dengan penanganan kasus corona. 

Hanya dengan cara itulah, kumparan.com sebagai salah satu platform media massa di Indonesia dapat bertindak sebagai penyambung lidah masyarakat. Disebut demikian karena kata "massa" yang melekat pada frasa "media massa" hendaknya memberikan semacam tanggung jawab etis bagi semua media untuk terus melakukan karya-karya keberpihakan.

 

#TenanguntukMenang #BerkahNulisdiRumah

 


Yohanes W Hayon
Malas makan, rakus membaca, minder bertemu perempuan cantik, dan ingin menjadi dongeng

Baca juga

1 comment

Post a Comment

Arsip Juara Kompetisi